Rabu, 20 Oktober 2010

Tertutup Jiwa

Lejangmu sembab jiwa
berteriak saja tak cukupkan
lelah agar beranjak
lekaslah memahat hening
menangis agar tetesannya membasuh
tanah yang retak kepanasan

Disegala sudut dan ruang kosong
sang khatib masih berkisah
tentang nilai
meski tertutup mungkin
oleh kecewamu jiwa

Angin selatan yang tadi pagi
menyelusup ke poripori
masih menyisakan sejuknya
pada malam yang kau sunting
dengan beragam tanya

Maka bersajaklah dalam
taman hati dan fikir
lalu menapaki kembali tanggatangga
tazkiyah yang mungkin leler
karena pahit yang usang
seperti bara api
membakarmu jiwa
selalu.


        imaainehilman-okt2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar