Yang kadang tersengal
dibuih peluh
acap terbahak memaki
memahat otak tak henti
Yang lalu di kisah kelam
darah menetes serupa legam
namun tak menjadi luka
karena cinta terjaga kesungguhan
yang pahit selaksa getah kebodohan
Kini berjalan di hari berdetak
masih mencaci tapi tak lena tersesat
karena arah putih
bagai air terjun mengalir lewat
ubunubun sampai kekaki
Lalu menguap di kantuk yang tertunda
agar dapat memetik terang
di rindangnya nilai yang tersamar...
Ahh semoga tak terbakar.
imaainehilman2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar